Aku nggak pernah habis pikir !! 2 keponakan pria saja sudah cukup untuk jadi Korban Pil Setan Narkoba. Dan disimpulkan bahwa bukan karena dia kurang kasih sayang dari orang tuanya. Tapi karena LINGKUNGAN pergaulan.
2 kali masuk Bui akibat grebekan dari Polisi setempat, masih saja ada kepercayaan dari orang tua untuk melepas anaknya untuk hidup bebas tanpa pengawasan.
Ditarik ke Bontang setelah dilihat kondisinya sudah memprihatinkan. Dan nggak lama satu dari keponakan itu melarikan diri dari Bontang dan kembali ke Jogja untuk mendapatkan kebebasannya.
Belajar dari 2 keponakan itu, masih ada aja kakak2 iparku yang mengirimkan anak2 mereka untuk sekolah di Jogja. Memang disana ada Mbah Kakungnya……tp mereka sama sekali nggak mau mendengarkan apa yang dikatakan orang2 tua di Jogja sana.
Mengapa dengan dalih Pendidikan yang lebih bagus orang tua seakan cuci tangan untuk bisa mendidik sendiri putranya. Memang kita harus punya kerpercayaan terhadap anak, tapi apa kita yakin sudah menanamkan moral yang benar padanya sedari kecil.
Adik dari dua keponakan yang pernah masuk Bui itu saat SMP sudah dikirim ke Jogja, dan tahun ini tidak naik kelas ….. siapa yang salah?? Dia yang nggak mau belajar, atau mbah kakung yang sudah tua yang nggak bisa tegas mendidik dia?
Dua keponakan lain juga sudah menjadi ‘liar’ sejak mengenal Pergaulan Jogja.
Jarang pulang ke rumah Mbahnya, nggak tau mereka tingal dimana……….
Aku yakin bapak mertuaku sangat tenderita mikirin ulah cucu-cucunya yang NDABLEK itu.
Aku yang hanya sebagai istri anak bungsu dari bapak Jogja ngerasa Gemes melihat satu persatu keponakan dihancurkan oleh pergaulan mereka.
Aku sadar, aku nggak punya hak banyak untuk menasehati orang2 tua mereka yang adalah kakak iparku. Bahkan seruan protesku melalui suami nggak ditanggapi serius oleh suamiku.
Bahkan suamiku sendiri malu untuk mengakui bahwa keponakan mereka sudah termakan pergaulan bebas.
Seandainya aku nggak punya anak laki yang mungkin masa depannya nanti akan dihadapkan pilihan yang sulit dalam pergaulannya, mungkin aku tak segelisah seperti sekarang.
Aku memang belum memiliki anak yang sudah besar yang bisa diajak diskusi tentang pilihan hidupnya.
Tapi aku takut seandainya kenakalan cucu laki akan menjadi Tradisi yang tidak bisa di hapuskan.
Tentu saja ketakutanku itu patut di tertawakan, karena memang karakter anak tumbuh dari masing2 keluarga.
Aku nggak bisa mendapatkan alasan yang tepat kenapa harus aku yang seperti cacing kepanasan melihat kenyataan keponakan2 jatuh satu persatu.
Dimana orang tua mereka? Apa mereka juga merasakan apa yang aku pikirkan.
Mungkin IYA.
Tapi mengapa mereka masih saja mengirimkan anak2nya ke JOGJA untuk hancurr????
‘plak… tamparan keras seperti mengenai pipiku, siapa sih aku ini koq begitu bawelnya mengurusi kehidupan keluarga kakak-kakak iparku???’
Aku membayangkan seandainya kegelisahan dalam hatiku dan kritik kerasku dalam tulisan ini mereka baca………..
Anak lelakiku saat ini masih 3 tahun…. Namun aku sudah sangat ketakutan membayangkan jika masa depannya nanti akan seperti sepupu-sepupunya yang hancur karena pergaulan di Jogja.
Silahkan mengatakan bahwa terlalu awal untukku bersyafaat dan bertirakat untuk masa depan Dimas. Bahkan untuk anak yang nantinya akan ku lahirkan……..
Kehidupan di masa remaja anak2ku nanti akan sangat mengerikan, pergaulan bebas akan menjadi tawaran yang paling besar….. tapi aku yakin Tuhan tidak akan Tuli dengan doa-doa yang dipanjatkan oleh seorang Ibu.
Aku tidak akan terlalu memproteksi anakku dari saat ini, tapi aku tak mau melepaskan dia untuk masuk ke pergaulan yang akan menyesatkannya.
Sekolah yang bagus tidak harus di Jogja. Atau Univ swasta yang bonafid di Jogja.
Selama SD-SMP Dimas dan anak2ku akan tetap sekolah di Sangatta, aku yakin mutu pendidikan disini juga tidak kalah bagus dari yang di Jogja, dan lagi pendidikan dari dalam keluarga lebih penting.
setelah SMA, anak2ku boleh meninggalkan sangatta… asalkan bisa masuk ke SMU Taruna nusantara Magelang. Yang terkenal dengan kedisiplinannya.
Atau jika tidak, boleh meninggalkan sangatta untuk bersekolah di SMU Melati Samarinda
Kalo Cuma sekolah biasa di Jawa, nggak akan ada yang lebih bagus lagi selain sekolah di sangatta.
Atau dimanapun mereka sekolah, aku akan ada bersama mereka untuk penjadi Hansip mereka.
Aku siap berperang